UKM Milik Warga NU Kelimpungan Hadapi Produk China 19 Februari 2010 10:13:22
Perjanjian perdagangan bebas Asean-China telah menimbulkan dampak langsung kepada sejumlah warga NU yang menggeluti sektor Usaha Kecil Menengah (UKM) di sentra-sentra industri seperti di Tulungagung, Blitar, Cirebon, Tasikmalaya dan lainnya.
Pemimpin Yang Rendah Hati 26 Februari 2010 15:15:12
Oleh: KH Dr. A. Mustofa Bisri
Suatu ketika seorang laki-laki menghadap Nabi Muhammad SAW dan gemetaran –oleh wibawa beliau-- saat berbicara. Nabi SAW pun berkata menenangkan: “Tenang saja! Aku bukan raja. Aku hanyalah anaknya perempuan Qureisy yang biasa makan ikan asin.” (Dalam hadisnya, menggunakan kata qadiid yang maknanya dendeng, makanan sederhana di Arab. Saya terjemahkan dengan ikan asin yang merupakan makanan sederhana di Indonesia).
Bail-out Century, Opportunity Cost dan PKB 4 Maret 2010 13:56:40
Oleh: Ibrahim Kholilurrahman
Masih melanjutkan euphoria tentang rapat paripurna pembahasan rekomendasi DPR tentang Bank Century. Saya jadi ingin sedikit berkomentar sepak terjang partai-partai kita, terutama Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)! Sebenarnya sekali lagi ini bukan masalah benar-atau salah. Menurut saya, setiap gemerincing koin dari APBN selalu memiliki opportunity cost. Dengan pilihan A atau B, selalu ada potensi keuntungan lain di B yang tidak di dapat jika anggaran dialokasikan di A.
Slamet Gundono Ingat Nyantri di Pesantren 9 Februari 2010 22:24:11
Seakan kembali ke habitat asalnya pesantren, di hadapan para santri Madrasah Salafiyah, Kajen, Pati, Sabtu 27/12, dalang wayang suket, Slamet Gundono menuturkan kisah nakalnya terhadap kyai saat-saat dia pernah nyantri dulu. Naluri seninya yang tergambar dalam hasrat untuk menonton ketoprak tidak bisa dibendung, hingga suatu ketika Slamet terpaksa berkilah dengan mengakui dihadapan kyai bahwa cerita ketoprak yang baru saja ditontonnya bercerita tentang bagaimana Umar bin Khattab masuk Islam.
Gus Mus: Gus Dur Layak Masuk Guiness Book of Record 8 Februari 2010 22:52:17
Gus Mus menilai bahwasannya Gus Dur layak masuk Guiness Book of Record. Kalau hanya masuk MURI (Museum Rekor Indonesia), terlalu kecil bagi almarhum Gus Dur. Pernyataan menggelitik itu dilontarkan KH Mustofa Bisri saat memberikan mauidzoh hasanah di acara peringatan 40 hari wafatnya KH Abdurrahman Wahid di Tebuireng, Jombang, Ahad (7/2) malam.
Edisi 33 "Geliat Niaga, Umat Berlaga" 9 Februari 2010 22:36:07
Edisi ini, kami mengangkat tema seputar geliat ekonomi dikalangan kelompok-kelompok Islam. Dengan ungkapan lain, kami ingin menguak bangkitnya “ekonomi identitas”. Maksudnya, fakta saat ini menunjukkan bangkitnya kesadaran dan tindakan dari ormas-ormas Islam baik yang sudah lama berpijak di bumi pertiwi ini maupun yang dalam hitungan waktu termasuk baru. Fenomena ini menyodok pertanyaan, apakah ini merupakan “kebangkitan ekonomi umat” atau bangkitnya “ekonomi identitas”?
Kepentingan pembangunan–seperti juga pada jaman revolusi, yaitu kepentingan revolusi–ternyata tidak hanya memerlukan dalil aqli, tapi juga dalil naqli. Apalagi jika masyarakat menjadi subyek–atau obyek–pembangunan justru “kaum beragama”.
Apabila pembangunan itu menitikberatkan pada pembangunan material (kepentingan duniawi), meski konon tujuannya material dan spiritual (kepentingan akhirat), maka perlu dicarikan dalil-dalil tentang pentingnya materi. Minimal pentingnya menjaga “keseimbangan” antara keduanya (material bagi kehidupan dunia dan spiritual bagi kehidupan akhirat).
Maka, dalil-dalil tentang mencari–atau setidak-tidaknya tentang peringatan untuk tidak melupakan–kesejahteraan dunia, pun perlu “digali” untuk digalakkan sosialisasinya.
Tak jarang semangat ingin berpartisipasi dalam pembangunan material-- yang menjadi titik berat pembangunan– ini mendorong para dai dan kyai justru melupakan kepentingan spiritual bagi kebahagiaan akhirat. Atau, setidaknya, kurang proporsional dalam melihat kedua kepentingan itu.
Ketika berbicara tentang pentingnya menjaga keseimbangan antara kepentingan duniawi dan ukhrawi, biasanya para dai tidak cukup menyitir doa sapu jagat saja: Rabbanaa aatinaa fid-dunya hasanah wa fil akhirati hasanah. Biasanya, mereka juga tak lupa membawakan Hadist popular ini: I'mal lidunyaaka kaannaka ta'iesyu abadan wa'mal liakhiratika kaannaka tamuutu ghadan, yang galibnya berarti “Beramallah kamu untuk duniamu seolah-olah kamu akan hidup abadi dan beramallah kamu untuk akhiratmu seolah-olah kamu akan mati besok pagi”. Kadang-kadang, dirangkaikan pula dengan firman Allah dalam Surat al-Qashash (28), ayat 77:“Wabtaghi fiimaa aataakallahu 'd-daaral aakhirata walaa tansanashiebaka min ad-dunya....” yang menurut terjemahan Depag diartikan,“Dan carikan pada apa yang dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat dan janganlah kamu melupakan kebahagiaan dari (kenikmatan) duniawi…”.